Ambruknya Jiwasraya, Disebabkan Korupsi atau Kerugian Investasi?





Lihat Perubahan masalah Jiwasraya ini, makin susah justru makin tertarik untuk ditelisik buat saya. Khususnya semenjak terlibat Kejaksaan Agung untuk menggantikan masalah Jiwasraya ini ke ranah korupsi, dengan memutuskan beberapa barisan pejabat Jiwasraya serta beberapa pemain saham untuk aktor terduga korupsi.

Setelah saya ikuti perubahan masalah Jiwasraya ini, saya jadi sedikit sangsi tentang masalah Jiwasraya ini, sebenarnya masuk ke ranah korupsi atau kerugian investasi?

Sebenarnya apa sich ketidaksamaan dari korupsi serta kerugian investasi, bila kita lihat bukti-bukti yang sudah dipertunjukkan Kejaksaan Agung?

Analogi simpelnya semacam ini, saya untuk direksi memperoleh keyakinan dari perusahaan untuk mengurus uang sejumlah 1 Miliar Rupiah untuk di investasikan ke saham misalnya, dari uang 1 Miliar Rupiah itu selanjutnya saya curi sebesar 200 juta rupiah untuk kepentingan pribadi saya. Uang bekasnya sebesar 800 juta rupiah baru saya investasikan ke saham, itu bermakna saya korupsi 200 juta rupiah uang perusahaan lalu saya di penjarakan.

Tapi tidak sama, saat saya dipercayai perusahaan untuk mengurus uang sejumlah 1 Miliar Rupiah itu serta langsung saya investasikan ke saham, rupanya saham itu rugi serta uang perusahaan yang sebelumnya saya investasikan sebesar 1 Miliar Rupiah itu menjadi turun nilainya ke angka 500 juta rupiah saja.

Kerugian sebesar 500 juta rupiah yang saya investasikan ke saham itu namanya bukan korupsi, ini yang diberi nama dengan kerugian investasi. Jadi memahami ketidaksamaan kedua-duanya kan?

Kerugian Jiwasraya juga sebetulnya sama dengan itu, mereka telah rugi semenjak sekian tahun lamanya sebelum mereka mengumunkan tidak berhasil bayar pada nasabahnya. Trick yang dipakai Jiwasraya sejauh ini, yakni dengan terus-menerus cari uang nasabah dengan mengiming-imingi imbal hasil yang mengundang selera agar nasabah tertarik untuk menitipkan uangnya ke Jiwasraya.

Selanjutnya uang itu mereka atur serta investasikan ke saham gorengan, yang mereka kira akan membuahkan keuntungan yang tinggi di saat akan datang. Tapi apesnya, bukanlah mendapatkan keuntungan besar hasil dari main saham, malah buntung.

Saham yang Jiwasraya belikan memakai uang nasabah itu, rupanya hasilnya anjlok. Jadi Jiwasraya yang semula telah punyai utang besar sebab investasi ke saham yang hasilnya tetap tidak untung, pada akhirnya bertumpuklah hutangnya jadi makin besar.

Nah, bagaimana triknya agar Jiwasraya ini dapat bayar hutang angsuran pada nasabahnya? Ya dengan berhutang lagi ke nasabah yang lain serta di investasikan ke saham gorengan lagi serta zonk lagi hasilnya. Demikian terus seperti lingkaran setan, yang di titik pada akhirnya Jiwasraya memberitahukan tidak berhasil bayar pada nasabahnya.

Lalu beberapa ribu nasabahnya cemas, dengan minta uang yang sejauh ini mereka investasikan pada Jiwasraya harus mereka kembalikan dengan tempo waktu dengan cara bertepatan. Jiwasraya juga roboh, Jiwasraya langsung rush, semakin besarlah utang tanggungan Jiwasraya serta semakin susahlah mereka bayar utang pada beberapa nasabahnya.

 

Postingan populer dari blog ini

This has actually sustained the continuous argument over whether ocean otters

Klarna rival Zilch posts first profit and appoints ex-Aviva CEO to board ahead of IPO

Administration Absence of funds delay Buhari's guarantees on Well-being